Perubahan iklim sebabkan paus biru jarang bersuara | Sumber foto: Canva
LingkariNews–Di antara banyak tanda perubahan iklim, mungkin tak banyak yang membayangkan bahwa suara paus biru yang jarang terdengar menjadi tanda bukti adanya perubahan iklim.
Fenomena penurunan suara paus yang tengah diamati di lepas pantai California memicu kekhawatiran ilmuwan, karena tanda ini dapat menjadi isyarat bahwa ekosistem laut mulai terganggu akibat perubahan iklim.
Perubahan iklim itu sendiri adalah pergeseran kondisi cuaca jangka panjang–mulai dari kenaikan suhu rata-rata, perubahan pola hujan, hingga meningkatnya frekuensi cuaca ekstrem. Secara alami, fenomena ini bisa dipicu oleh letusan gunung berapi atau fluktuasi aktivitas matahari. Namun, aktivitas manusia lebih mendominasi sebab–akibat adanya krisis iklim.
Apa Hubungannya Suara Paus Biru dengan Perubahan Iklim?
Paus biru dikenal dengan nyanyiannya yang bergema hingga ratusan kilometer. Namun, kini suara itu mulai jarang terdengar. Menurut studi Monterey Bay Aquarium Research Institute yang dikutip New York Post (7 Agustus 2025) mengungkapkan bahwa nyanyian paus biru menurun hingga 40 persen sejak 2015 hingga 2021.
Penurunan ini berkaitan erat dengan gelombang panas laut ekstrem bernama The Blob–yang menghangatkan perairan Pasifik hingga lebih dari 4°C dan memicu ledakan alga beracun. Ketika suhu air meningkat akibat pemanasan global, populasi plankton dan krill–makanan utama paus biru–menurun drastis.
Perubahan suhu laut menjadi salah satu contoh fenomena perubahan iklim yang jelas terlihat dan berdampak luas. Kondisi ini memaksa paus menghabiskan sebagian besar energinya hanya untuk bertahan hidup. Akibatnya, aktivitas lain seperti bernyanyi untuk berkomunikasi atau mencari pasangan menjadi terganggu.
Memangnya apa pengaruhnya jika paus tidak bersuara? Bagi paus biru, suara adalah alat komunikasi vital untuk bertahan hidup. Mereka mengandalkan vokalisasi untuk bernavigasi di lautan luas, membangun hubungan sosial, dan menarik pasangan saat musim kawin tiba.
Ketika suara mereka meredup atau menghilang, itu bukan hanya menandakan gangguan komunikasi, tetapi juga gangguan terhadap tatanan ekosistem laut secara menyeluruh. Yang nantinya berdampak pada proses pemulihan populasi spesies paus biru.
Mengapa Paus Begitu Penting bagi Ekosistem?
Meski hidup jauh di dasar laut, paus memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan iklim dan kestabilan ekosistem laut. Mereka bukan hanya makhluk besar, mereka juga memiliki peran yang besar.
1. Penyerap Karbon Alami
Paus memiliki kemampuan mengurangi karbon dioksida dari atmosfer. Selama hidupnya, seekor paus mampu menyimpan dalam jumlah besar karbon di tubuhnya. Bahkan, ketika mereka mati secara alami dan tenggelam ke dasar laut, karbon tersebut ikut terbawa–proses ini membantu mencegah pelepasan gas rumah kaca ke udara.
2. Mendorong Pertumbuhan Plankton
Kotoran paus berperan sebagai “pupuk alami” bagi plankton–organisme mikroskopis yang menjadi fondasi rantai makanan laut dan penyumbang besar produksi oksigen dunia. Sebab, kotoran paus memiliki kandungan yang kaya akan zat besi dan nutrisi.
3. Menjaga Keseimbangan Rantai Makanan Laut
Paus merupakan hewan yang banyak memberikan manfaat, bahkan di fase setelah kematiannya. Bangkai paus menjadi sumber makanan bagi berbagai spesies laut hingga puluhan tahun. Hal ini memperpanjang kontribusi ekologis pada paus secara signifikan.
Menurunnya Populasi Paus Jadi Dampak Nyata Perubahan Iklim
Sayangnya, dampak dari perubahan iklim, pemanasan global, pengasaman laut, polusi plastik dan kimia, serta penangkapan hingga perburuan paus illegal, membuat populasi paus terus menurun.
Kehilangan paus sama saja dengan kehilangan penampung penyerap karbon, yang pada akhirnya hanya akan mempercepat pemanasan global. Menjaga keberadaan paus sama dengan menjaga laut tetap sehat, atmosfer tetap stabil, dan kehidupan layak di bumi.
Sebab, apabila dunia berhasil memulihkan populasi paus secara penuh, setidaknya 160.000 ton karbon dapat dikunci setiap tahunnya hanya dari bangkai paus. Jumlah ini setara dengan kemampuan menyerap karbon dari 110.000 hektare hutan.
(NY)
Sumber:
https://nypost.com/2025/08/07/science/blue-whales-going-silent-off-coast-of-california-alarming-scientists-with-greater-ecosystem-danger
https://stopkillingwhales-com
https://gaw-bariri.bmkg.go.id/index.php/karya-tulis-dan-artikel/gawsarium/243-perubahan-iklim