Restorasi Terumbu Karang: Komitmen Pulihkan Ekosistem Laut yang Rusak

Kelautan 13 Jun 2025 435 kali dibaca
Gambar Artikel Coral Bleaching. Sumber: Canva

LingkariNews Kerusakan terumbu karang memiliki dampak bagi semua unsur kehidupan. Karena itu, restorasi terumbu karang perlu diupayakan secara terorganisir, serta berkelanjutan. Dengan harapan upaya ini dapat berkontribusi dalam mengembalikan fungsi ekologis terumbu karang secara ideal dan adaptif terhadap perubahan iklim. 

Terumbu Karang Itu Sumbu Kehidupan

Mengapa terumbu karang disematkan sebagai sumbu kehidupan? Organisme kecil ini memiliki fungsi dan kebermanfaatan yang besar, seperti rumah bagi lebih dari 25% spesies laut, pelindung pantai dari gelombang besar dan abrasi, penopang ekonomi masyarakat pesisir, penyerap karbon alami, daya tarik wisata, hingga potensi dalam dunia medis sebagai bahan obat-obatan. 

Namun, bagaimana nasibnya jika sumbu kehidupan ini mati? Tentunya, kondisi tersebut berimbas luas ke segala aspek, mulai dari lingkungan, ekonomi, sosial, serta lainnya. Realita pahitnya, terumbu karang di Indonesia mengalami disfungsi ekosistem karang akibat pemutihan. Pemutihan pada karang – imbas kerusakan alam dan aktivitas destruktif manusia – sangat mempengaruhi stabilitas ekosistem laut. 

Fenomena ini menjadi semakin nyata seiring dengan meningkatnya suhu laut akibat perubahan iklim. Lebih dari itu, berbagai aktivitas manusia menjadi pengaruh besar kerusakan yang ada. Penangkapan ikan yang berlebih, penambangan yang tidak ramah lingkungan, aktivitas kapal yang lalu lalang, hingga polusi yang terbawa dari daratan – semuanya memberi tekanan terhadap terumbu karang. Tidak lupa dengan ancaman kenaikan permukaan laut akibat mencairnya es di kutub, yang memperburuk kondisi ekosistem bawah laut. Yang mana ekosistem laut merupakan kunci penting dalam menjaga keseimbangan iklim global. 

Perlunya Restorasi Terumbu Karang

Restorasi pada terumbu karang adalah upaya untuk memulihkan kondisi terumbu karang yang rusak, dengan teknik aktif menanam bibit karang di area kerusakan. Teknik ini umum dilakukan dengan cara mengambil fragmen karang sehat dari lokasi yang masih baik atau dari pusat pembibitan karang. Bibit tersebut biasanya ditempelkan pada struktur buatan. Tujuannya, agar karang menempel dengan stabil, tumbuh, dan membentuk koloni baru. 

Pada dasarnya terumbu karang sama seperti ekosistem alami lainnya, yang rusak akan berganti seiring waktu, lalu tumbuh kembali dan pulih dengan sendirinya. Namun, fenomena pemutihan karang (coral bleaching) membuat terumbu karang kehilangan kemampuan untuk pulih dengan sendirinya. Maka dari itu, diperlukan upaya restorasi untuk bantu memulihkan terumbu karang.

Perlu Restorasi, Karena Dampaknya Begini

Coral bleaching bukanlah sekedar peristiwa memutihnya warna karang. Dampaknya sangat mengkhawatirkan, tidak hanya bagi lingkungan, tapi juga bagi para masyarakat pesisir yang kehidupannya bergantung dari hasil tangkapan mereka. Ekosistem laut beserta habitatnya hanyut, ekonomi nelayan jadi surut. Imbas lainnya, sumber pangan masyarakat pesisir berkurang, ketahanan pangan nasional jadi tak tenang. 

Tidak selesai di situ, hilangnya fungsi karang membuat masyarakat pesisir rentan terhadap bencana alam. Menurunnya pelindung pesisir alami – terumbu karang dalam meredam gelombang dan badai sebelum mencapai garis pantai – menjadi konsekuensi serius imbas pemutihan karang. Akibatnya, terjadi peningkatan erosi pantai serta potensi kerusakan besar saat badai menerjang, yang pada akhirnya merugikan masyarakat pesisir secara material maupun infrastruktur.

Laurence De Clippele, akademisi University of Edinburgh di Inggris, memperkirakan bahwa akan terjadi pemutihan tahunan secara bertahap di 160 kawasan di Indonesia pada tahun 2075. Tentunya, temuan tersebut dapat menjadi peringatan serta acuan serius untuk mengupayakan pemulihan.

Program Restorasi: Komitmen Tanam Terumbu Karang 

Turut berkomitmen dalam pulihkan ekosistem terumbu karang, PT Pertamina Port and Logistics (PPL), PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), dan PT Pertamina International Shipping (PIS), memperkenalkan program Ocean Awareness for Environmental Sustainability (OASIS), yang mengambil lokasi di Pulau Kelapa Dua, Kepulauan Seribu, pada 30 Mei 2025.

Dalam kegiatan yang diinisiasi, Pertamina Grup menyumbangkan 600 bibit terumbu karang. Program restorasi turut memperhatikan aspek perlindungan, pengamanan, dan pemanfaatan. Kegiatan tersebut diharapkan mampu memulihkan ekosistem laut  serta ekonomi masyarakat pesisir terdampak, khususnya untuk masyarakat Kelapa Dua, Kepulauan Seribu. 

Selain Pertamina Grup, PT Pupuk Kaltim (22/5/25) juga turut berkomitmen melalui program konservasi terumbu karang. Program ini sudah diinisiasi Pupuk Kaltim sejak 2011. Pupuk Kaltim telah menyumbangkan 8.683 terumbu karang buatan, setara dengan 2.557 meter persegi luasan konservasi hingga Mei 2025. 

Restorasi yang dilakukan tanpa keberlanjutan dapat menjadi sia-sia. Pupuk Kaltim pun membentuk Center of Excellence (CoE) Terumbu Karang bersama Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor (IPB). Program kolaborasi yang difokuskan antara lain, transplantasi terumbu karang, pembibitan melalui coral nursery, dan penyuluhan untuk masyarakat. Menurut data indeks keanekaragaman hayati tahun 2024, Reef Check Foundation menunjukkan adanya peningkatan keanekaragaman hayati di wilayah konservasi Tobok, Batang, Bontang, sebesar 1,94 ha untuk spesies karang dan 3,99 ha untuk spesies ikan. 

Upaya serta komitmen semacam ini seharusnya memang digencarkan. Sebab, tanpa intervensi lanjutan – seperti restorasi terumbu karang – masa depan laut akan terancam. Sinergi lintas pihak menjadi kunci untuk mencapai tujuan bersama, yaitu ekosistem laut lestari demi bumi dan generasi nanti. 

(NY)

Sumber: 

https://www.barrierreef.org/news/explainers/what-is-reef-restoration 

https://money.kompas.com/read/2025/05/30/192738726/pertamina-grup-tanam-terumbu-karang-di-kepulauan-seribu?page=all#page2 

https://www.agrofarm.co.id/2025/05/hingga-mei-2025-pupuk-kaltim-berhasil-lakukan-konservasi-terumbu-karang-seluas-2-557-m2-dan-mangrove-18-hektar/

https://lautsehat.id/flora-fauna/aisyatr/coral-bleaching-tantangan-bagi-eksistensi-terumbu-karang-dan-kesejahteraan-masyarakat-pesisir-di-indonesia/?utm_source