Penyebab dan Dampak Limbah Busa BKT Marunda

Sungai 01 Jul 2025 347 kali dibaca
Gambar Artikel Foto hanya ilustrasi pintu air, bukan pintu air BKT Maruda. Sumber: Canva

LingkariNews, Jakarta – Munculnya limbah busa di Banjir Kanal Timur (BKT) Marunda, Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara, pada Selasa (24/6) menyebabkan aktivitas nelayan terganggu. Nelayan keluhkan busa yang menutupi permukaan sungai menyulitkan pencarian ikan.

Salah satu nelayan penjala yang dimintai keterangan, Sobari, menduga bahwa penyebab munculnya busa berasal dari limbah pabrik serta limbah rumah tangga. Sebab, tercium aroma menyengat seperti bau sabun deterjen.

Edy Mulyanto, Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jakarta Utara, mengungkapkan bahwa limbah busa muncul akibat putaran kencang di pintu air yang menyebabkan endapan limbah rumah tangga di dasar sungai naik ke permukaan.

Yogi Ikhwan, selaku Humas Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, turut menerangkan bahwa pada saat kejadian air mencapai 4,1 meter dengan status siaga. Oleh karena itu, pintu di Weir 3 dibuka secara penuh untuk mengurangi daya dorong air. Pembukaan pintu air ini menyebabkan turbulensi kuat, sehingga busa naik ke permukaan.

Merespons hal ini, DLH pun melakukan pengambilan sampel air serta pemeriksaan lanjutan di laboratorium lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk memastikan lebih lanjut apakah air yang tercemar mengandung limbah pabrik atau tidak, petugas diminta tetap lakukan pemantauan dan pengambilan sampel ulang di beberapa titik lain, sembari menunggu hasil sampel dua pekan ke depan.

Dampak Limbah Busa di Kali BKT Marunda

Limbah busa yang mengalir dari pintu air Wier 3 hingga ujung kali BKT, sebenarnya sudah jadi langganan. Bahkan, menurut keterangan penjual kopi dan minuman instan di sekitaran pinggir kali, Wiwit mengatakan bahwa limbah busa di BKT kerap sering terjadi. 

Lalu, apakah ini hanya sekedar genangan busa yang lewat saja? Adakah dampaknya yang mempengaruhi kehidupan?

Kenyataannya, luapan busa yang mengalir tidak hanya berdampak pada aktivitas nelayan, tapi juga dapat berdampak pada masalah kesehatan hingga kerusakan jangka panjang. 

Secara umum, sungai-sungai di Jakarta tercemar oleh berbagai jenis limbah, termasuk limbah domestik rumah tangga, limbah industri, serta buangan dari perkantoran dan pertokoan. Kegiatan rumah tangga seperti penggunaan sabun deterjen, layanan laundry, dan pencucian kendaraan turut berkontribusi terhadap pencemaran sungai.

Busa yang dihasilkan dari aktivitas tersebut, mengandung fosfat dalam kadar tinggi hingga mencapai 50 miligram per liter. Kandungan fosfat sebesar 50 miligram per liter jauh melampaui batas yang ditetapkan oleh Peraturan Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, di mana ambang batas untuk air kelas 2 adalah 0,2 milligram per liter. Selain itu, kandungan mineral dalam air pun melebihi standar 1.000 ppm dan bisa mencapai 1.470 ppm.

Menurut penelitian dari Ecological Observation and Wetlands Conservation (ECOTON), tingginya kandungan fosfat ini berdampak dan memicu ledakan populasi alga. Meski pada kadar tertentu alga dibutuhkan, jika jumlahnya melebihi ambang batas, hal ini bisa berdampak buruk bagi ekosistem sungai. Tumbuhan alga dapat menghalangi sinar matahari menembus air, yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan kepunahan ikan, jelas Alex, peneliti dari ECOTON, pada Selasa (18/10/22).

Selain berdampak pada ekosistem sungai, kondisi ini juga membahayakan kesehatan manusia. Terlebih, jika air sungai yang tercemar digunakan sebagai sumber air minum serta keperluan domestik rumah tangga.

Apa yang Diupayakan Pemerintah Mengatasi Limbah Busa BKT?

Untuk mengantisipasi kejadian serupa, Yogi akan mengupayakan sosialisasi dan penertiban hukum kepada setiap pelaku usaha di sepanjang bantaran BKT. Humas DLH DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan Bidang Penataan dan Penegakan Hukum serta Sudin.

Turut disampaikan, bahwa Pemprov DKI juga akan membangun secara bertahap Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) untuk keperluan pengolahan air limbah. Dengan tujuan agar pembuangan limbah yang dialirkan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan.

(NY)

Sumber:

https://www.antaranews.com/berita/4922613/busa-di-bkt-marunda-diduga-karena-turbulensi-di-pintu-air

https://kumparan.com/kumparannews/busa-limbah-di-marunda-mengalir-jauh-hingga-ujung-jakarta-25K3AuMfmHA

https://mongabay.co.id/2022/10/22/air-berbusa-mencemari-sungai-di-jakarta-berbahayakah/

https://www.rri.co.id/daerah/1608758/dlh-tindaklanjuti-busa-di-hilir-bkt-marunda