Krisis Air Bersih di Tepian Danau Toba: Ironi di Tengah Melimpahnya Air

Sungai 23 Jul 2025 358 kali dibaca
Gambar Artikel Danau Toba di Pulau Samosir | Sumber foto: Canva

LingkariNews—Warga Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, tengah mengalami krisis air bersih. Musim kemarau yang berkepanjangan menyebakan warga kesulitan mendapatkan akses air bersih, sehingga warga perlu membeli air untuk memenuhi kebutuhan dasar minum, sanitasi, pertanian dan peternakan.

Hal tersebut tentu bukanlah solusi. Warga berharap pemerintah Kabupaten Samosir segera mengatasi krisis pasokan air dan menghadirkan layanan Perusahaan Air Minum (PAM) ke desa terdampak. 

"Desa kami sangat susah sumber air bersih, terutama pada saat musim kemarau panjang," ungkap Farels Sitanggang, salah satu warga setempat, pada Rabu (2/7/2025).

Salah satu desa terdampak, Desa Huta Natinggi, Kecamatan Panguruan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, membutuhkan tiga drum air per minggu untuk memenuhi kebutuhan warganya. Harga satu drum mencapai Rp250.000. 

Kondisi tersebut terasa memberatkan ekonomi warga terdampak. Ekonomi tercekak di tengah kebutuhan air yang mendesak. 

Penyebab Krisis Air dari Hulu ke Hilir

Pada 2018, permukaan air Danau Toba tercatat mengalami penurunan hingga 2,5 meter. Akibatnya, garis pantai terdorong masuk sejauh 50—80 meter ke arah tengah danau. Fenomena ini turut menyebabkan lebih dari seratus sungai di Pulau Samosir mengering selama musim kemarau, serta hanya mengalir dalam waktu singkat saat musim hujan.

Perubahan garis pantai terlihat nyata di kawasan wisata seperti Pantai Pasir Putih Parbaba dan Pantai Indah Situngkir, yang terletak di Kecamatan Panguruan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara.

Kondisi ini disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang terjadi, mulai dari daerah hulu hingga hilir. Hutan di wilayah tangkapan air mengalami degradasi akibat pembalakan liar dan kebakaran. 

Selain itu, kualitas air danau turut menurun karena tercemar oleh limbah dari kegiatan budidaya ikan dan limbah rumah tangga yang melebihi kapasitas daya dukung danau. Di bagian hilir, air Danau Toba juga dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air. 

Sudion Tamba, yang menjabat sebagai Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Samosir saat itu, mengungkapkan bahwa kekeringan di wilayah Danau Toba terjadi akibat rusaknya daerah tangkapan air, baik di Pulau Samosir maupun wilayah sekitar danau. 

“Dulu, saat saya kecil, hutan di sekitar Danau Toba masih lebat. Sekali hujan bisa membuat sungai mengalir selama berbulan-bulan. Sekarang, sungai hanya mengalir sekitar dua jam setelah hujan turun,” ujar Sadion. 

Strategi Atasi Krisis Air Bersih 

Vandiko Gultom, selaku Bupati Samosir,      berinisiatif memanfaatkan Air Terjun Sitapigagan untuk mengatasi krisis pasokan air bersih. 

Ia menjelaskan bahwa terdapat satu potensi di Kabupaten Samosir, yaitu Air Terjun Sitapigagan dengan memanfaatkannya lalu mengalirkan air ke berbagai daerah dengan menggunakan gaya gravitasi. 

Saat ini rencana tersebut masih dalam tahap perumusan dan nantinya akan diusulkan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). 

Selain itu, Wilmar E. Simanjorang, Ketua Pusat Studi Geopark Indonesia,  turut menyampaikan pandangannya untuk mengatasi krisis pasokan air. Sejumlah langkah stategis yang dapat dilakukan, di antaranya:

1.    Revitalisasi Embung: Membangun embung kecil di desa untuk menampung air hujan dan merehabilitasi embung lama dengan teknologi filterisasi.

2.    Pipanisasi Gravitasi: Melanjutkan jaringan pipa dari hutan atau sungai ke pemukiman dengan pipa berkualitas guna mencegah kebocoran.

3.    Energi Terbarukan: Menggunakan kincir angin atau pompa tenaga surya untuk menekan biaya operasional. 

4.    Edukasi Masyarakat: Meningkatkan kesadaran warga lokal soal konservasi air serta melibatkan mereka dalam pengelolaan infrastruktur. 

Strategi lokal yang dipadukan dengan inovasi teknologi serta dukungan kebijakan yang kuat, dapat menjadi peluang besar Pulau Samosir untuk pulih dari krisis air.

Ironi kriris air bersih di tepian Danau Toba, merupakan tanggung jawab berbagai pihak. Pendekatan terencana, inklusif, dan berkelanjutan adalah kunci untuk memastikan setiap warga mendapatkan akses air bersih yang cukup dan terjangkau. 

(NY)

Sumber: 

https://www.beritasatu.com/sumut/2900734/kemarau-panjang-warga-samosir-beli-air-bersih-rp-250000-per-drum

https://harianjayapos.com/2025/07/10/strategi-mengatasi-krisis-air-di-samosir-harapan-baru-dari-inovasi-dan-teknologi/

http://perpustakaan.menlhk.go.id/pustaka/home/index.php?page=detail_news&newsid=533

https://www.detik.com/sumut/berita/d-8003937/bupati-samosir-bakal-manfaatkan-air-terjun-sitapigagan-untuk-atasi-krisis/amp