Ampas Tebu
LingkariNews—Tebu merupakan salah satu komoditas pertanian utama di Indonesia yang banyak diolah menjadi gula. Dalam proses pengolahannya, limbah padat berupa ampas tebu biasanya hanya dijadikan bahan bakar ketel uap di pabrik atau dibuang begitu saja tanpa pemanfaatan optimal. Padahal, dengan jumlah produksi tebu yang besar setiap tahunnya, potensi pemanfaatan sisa hasil gilingan sangat luas dan menjanjikan.
Seiring meningkatnya kesadaran akan ekonomi sirkular dan keberlanjutan lingkungan, berbagai inovasi mulai dikembangkan untuk mengolah sisa hasil gilingan menjadi produk bernilai guna di sektor energi, pertanian, hingga industri ramah lingkungan. Berikut beragam inovasi pemanfaatan ampas tebu dalam berbagai bidang”
Di India, ampas tebu mulai dimanfaatkan sebagai bahan campuran beton melalui inovasi biomaterial bernama sugarcrete (gula beton). Bahan ini dikembangkan oleh staf dan mahasiswa University of East London (UEL) pada tahun 2023, yang kemudian digunakan untuk membangun sekolah dasar di India dengan pendekatan konstruksi rendah karbon. Sugarcrete terbuat dari residu berserat hasil penggilingan tebu yang dipadukan dengan pengikat mineral lalu dibentuk menjadi blok saling mengunci. Jejak karbonnya tercatat enam kali lebih rendah dibandingkan batu bata tanah liat konvensional.
Selain lebih ramah lingkungan, beton yang dicampur dengan residu tebu ini juga lebih fleksibel dan tahan gempa. Karakteristik ini menjadikannya sebagai pilihan ideal untuk konstruksi bangunan di kawasan rawan bencana seperti Indonesia. Penggunaan sugarcrete membuka peluang baru bagi praktik konstruksi yang lebih berkelanjutan. Dengan adaptasi teknologi ini, ampas tebu berpotensi menjadi bagian dari solusi proyek hijau yang mendukung transisi menuju pembangunan rendah emisi.
Selain campuran beton, di India, ampas tebu juga diolah menjadi peralatan makan seperti sendok, garpu, nampan, hingga kotak makanan yang diklaim lebih aman dan ramah lingkungan. Produk ini hadir sebagai alternatif dari plastik sekali pakai karena tidak mengandung mikroplastik, serta mudah terurai secara alami tanpa mencemari tanah maupun air.
Selain mengurangi limbah pertanian, inovasi ini juga memberikan nilai tambah pada sektor industri hijau yang kini semakin berkembang. Dengan karakteristiknya yang aman bagi kesehatan, praktis digunakan, dan minim dampak ekologis, pemanfaatan residu gilingan tebu untuk pembuatan peralatan makan dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam mengatasi persoalan sampah plastik global yang kian mendesak.
Inovasi terbaru di Brazil menunjukkan bahwa residu tebu dapat dimanfaatkan sebagai campuran bahan dalam pembuatan aspal. Abu dari ampas tebu yang digunakan dalam formulasi ini terbukti mampu meningkatkan daya tahan jalan terhadap beban berat dan memperkuat ketahanan terhadap pelapukan. Secara teknis, campuran residu tebu juga mampu mengurangi potensi keretakan dini yang kerap terjadi pada permukaan jalan konvensional. Keunggulan ini menjadikan aspal dari residu tebu menjadi alternatif potensial untuk mendukung kualitas infrastruktur jangka panjang.
Di luar manfaat konstruktif, pendekatan ini membuka peluang baru dalam pengelolaan limbah pertanian yang lebih berkelanjutan. Ampas tebu yang sebelumnya dianggap sebagai sisa produksi kini mendapat nilai tambah sebagai material ramah lingkungan. Jika diterapkan secara luas, terutama di negara-negara penghasil tebu seperti Indonesia, inovasi ini dapat mendukung pembangunan infrastruktur yang lebih tangguh. Selain itu, pendekatan ini juga mendorong pengurangan limbah dan penerapan prinsip ekonomi sirkular di sektor konstruksi yang semakin relevan di tengah krisis iklim global.
(KP/NY)
Sumber:
https://www.chinimandi.com/utilisation-of-sugarcane-bagasse-ash-in-road-construction-a-sustainable-innovation-for-indias-infrastructure-sugar-economy/
https://www.chinimandi.com/innovation-and-diversification-in-sugar-industry-bagasse-utilization-beyond-fuel/