LingkariNews—Produksi beras nasional menunjukkan capaian yang menggembirakan. Berdasarkan data Statistik Bidang Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang Januari–Oktober 2025 produksi beras diperkirakan mencapai 31,04 juta ton. Angka ini melonjak 12,16 persen atau setara 3,37 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Tingkat produksi beras yang tinggi membuat pasokan beras dalam negeri terbilang aman, bahkan surplus hingga 3,5 juta ton. Stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog juga tercatat berada pada level tertinggi sepanjang sejarah. Tren positif ini diprediksi terus berlanjut hingga penghujung tahun.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyambut tren ini dengan optimisme. Menurutnya, kelebihan produksi menjadi modal penting untuk mengokohkan posisi Indonesia di kancah pangan global. “Kita harus terus jaga tren positif ini agar Indonesia tidak hanya swasembada, tetapi juga lumbung pangan dunia, itu yang diimpikan bapak presiden,” ujarnya.
Meski Produksi Surplus, Harga Beras di Pasar Melonjak
Meskipun pemerintah menyatakan surplus stok beras nasional, fakta di lapangan menunjukkan kondisi berbeda. Harga beras di pasar justru melonjak tinggi. Masyarakat di sejumlah daerah bahkan mengeluhkan kelangkaan beras medium maupun premium di pasar ritel.
Dalam inspeksi mendadak yang dipimpin Anggota Ombudsman, Yeka Hendra Fatika beberapa waktu lalu, ditemukan bahwa beras termurah di pasar tradisional dijual Rp12.000 per kilogram. Itupun untuk beras dengan kualitas rendah dengan butiran yang kekuningan. Sedangkan, beras yang biasa dikonsumsi rumah tangga telah melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET).
Laporan BPS dan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mengkonfirmasi bahwa memang terjadi kenaikan harga di 214 kabupaten/kota. Per Rabu (3/9/2025) siang, harga beras medium, premium, hingga Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) konsisten berada di atas HET yang ditetapkan pemerintah.
Rata-rata harga beras premium nasional menembus Rp16.050 per kilogram, jauh di atas HET Rp14.900. Sementara itu, beras medium tercatat Rp13.932 per kilogram dari batas HET Rp13.500. Adapun beras SPHP, meski selisihnya tipis, tetap berada di Rp12.575 per kilogram, melampaui HET Rp12.500.
Turunnya Produksi Gabah Jadi Penyebab Harga Beras Melonjak
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, menyebut lonjakan harga beras dipicu turunnya produksi gabah pada periode Juni–Juli. Pada bulan tersebut, produksi hanya sekitar 2,5 juta ton, jauh di bawah capaian Maret–April yang bisa menembus lebih dari 5 juta ton.
“Juni–Juli itu produksinya turun, bisa jadi dekat-dekat 2,5 juta ton. Kalau bulan Maret–April itu di atas 5 juta ton. Pada saat produksi gabah turun, maka harga akan naik. Kalau harga gabah naik, maka harga beras akan naik,” jelas Arief.
Selain turunnya produksi gabah, kelangkaan juga disebabkan berhentinya sebagian besar penggilingan padi di daerah. Berdasarkan catatan para pengamat, saat ini hanya sekitar 50 persen penggilingan yang beroperasi. Hal ini diperparah dengan menipisnya stok gabah karena telah memasuki musim gadu atau kemarau.
Pemerintah Sebut Ada Anomali
Menanggapi fenomena kelangkaan beras dan melonjaknya harga di pasaran, Mentan Amran menyebutnya sebagai sebuah anomali. “Kita sudah swasembada, kita ekspor. Artinya ini [Harga mahal] ada anomali. Anomali ini kita perbaiki bersama,” kata Mentan.
Mentan Amran menyebut, salah satu strategi yang dilakukan untuk mengendalikan harga beras sekaligus mengatasi kelangkaan beras premium adalah dengan melakukan operasi pasar secara konsisten. Saat ini, operasi pasar telah dilakukan di 4.000 titik dan 7.282 kecamatan di seluruh Indonesia, dengan alokasi total 1,3 juta ton beras.
Sementara itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat realisasi penyaluran beras SPHP baru mencapai 303.187 ton sepanjang 1 Januari—1 September 2025. Itu artinya, tingkat penyaluran beras SPHP baru sekitar 20,21 persen dari target 1,5 juta ton. Untuk memperkuat pasokan dan mengendalikan harga beras, Kementan juga mendorong Perum Bulog menambah kuantum penjualan beras premium ke pasar ritel.
(KP/NY)