Petani Milenial Kupang Buktikan Bertani Bisa Menghasilkan Puluhan Juta Perbulan

Inovasi Pertanian 20 Mei 2025 280 kali dibaca
Gambar Artikel Teknologi pertanian

LingkariNews - Pertanian telah lama menjadi identitas dan tulang punggung ekonomi Indonesia. Namun, dalam satu dekade terakhir, jumlah petani justru mengalami penurunan signifikan. Dilansir dari databoks.com, pada 2013 tercatat ada 31,72 juta petani. Jumlah itu menyusut menjadi 29,36 juta pada 2023. Artinya, dalam satu dekade  Indonesia kehilangan lebih dari dua juta petani.

Tak hanya soal jumlah, struktur demografi petani pun semakin menua, dimana kalangan petani didominasi generasi baby boomers yang ada di rentang usia 41–56 tahun. Menyadari tantangan ini, pemerintah melalui Kementerian Pertanian pada tahun 2021 mencanangkan program untuk mencetak 2,5 juta petani milenial pada 2024 sebagai strategi regenerasi sektor pertanian. Di tengah upaya ini, muncul kisah inspiratif dari Nusa Tenggara Timur, tepatnya di Kabupaten Kupang.

Petani Milenial Kupang dan Karir yang Menjanjikan

Upaya pemerintah dalam mendorong regenerasi petani mulai menunjukkan hasil positif, khususnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Wilayah ini telah melahirkan banyak petani milenial yang tak hanya produktif, tetapi juga membuktikan bahwa sektor pertanian mampu menjanjikan penghasilan yang layak. Dua di antaranya adalah Mahendra Adiputra dan Arlot Sanam.

Adiputra bercerita bahwa wilayahnya kini telah berkembang menjadi Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan dan Swadaya (P4S), tempat mahasiswa dan pelajar belajar langsung praktik pertanian di lapangan. Fokus pertanian di daerah ini adalah padi, dan saat ini sudah mencapai Indeks Pertanaman (IP) 200, yang berarti bisa panen dua kali dalam setahun.

“Saat ini kita sudah masuk dalam musim panen yang pertama dan keuntungan yang kami dapat per bulan mencapai Rp 20–30 juta,” ungkap Adiputra.

Sementara itu, Arlot Sanam, Ketua Kelompok Taruna Tani One Heart di Desa Kuimasi, sukses mengembangkan budidaya jamur tiram. “Di NTT, dari tahun ke tahun sampai sekarang harganya tidak pernah turun dan tidak dikuasai oleh tengkulak,” ujarnya. Harga jamur di Kupang bahkan bisa mencapai Rp 60.000 per kilogram.

Mengatasi Tantangan dengan Inovasi

Kesuksesan para petani milenial di Kupang tidak diraih tanpa perjuangan. Di balik hasil panen yang melimpah, mereka harus melewati berbagai tantangan, mulai dari cuaca ekstrem, perubahan iklim, hingga pencemaran air akibat residu pestisida yang mengancam kualitas dan kuantitas produksi. Belum lagi stigma sosial yang kerap melekat, seolah bertani bukan pilihan yang menjanjikan bagi generasi muda.

Namun semangat para petani muda Kupang yang tak mudah goyah mendorong mereka untuk menanggapi tantangan itu dengan inovasi. Ketika menghadapi kegagalan tanam, para petani muda ini tidak menyerah. Mereka mulai mengintegrasikan pendekatan berbasis lingkungan dan teknologi. “Kami terus bergerak, berinovasi, menggunakan teknologi pertanian seperti mesin panen dan traktor dari dinas pertanian,” ujar Adiputra.

Komitmen ini tidak hanya menghasilkan panen berkualitas, tapi juga mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pertanian berkelanjutan demi masa depan yang lebih hijau.

Dukungan Pemerintah Untuk Petani Milenial Kupang

Dukungan pemerintah menjadi salah satu faktor krusial dalam mendorong kesuksesan petani milenial di Kupang. Di tengah tantangan cuaca ekstrem, pencemaran air, dan dampak perubahan iklim, pemerintah hadir dengan solusi konkret demi memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan minat generasi muda pada sektor pertanian. Berbagai bentuk bantuan disalurkan, mulai dari rumah persemaian, pupuk, alat pertanian, hingga pendampingan teknis.

Pada Mei 2025, komitmen ini kembali ditegaskan melalui penyaluran 15 unit handtraktor dan 50 unit pompa air kepada masyarakat Kabupaten Kupang. “Saya akan kontrol apabila alsintan ini tampilannya masih seperti baru, tidak dimanfaatkan dan tidak menghasilkan, saya akan tarik kembali,” tegas Bupati Kupang, Yosef Lede. Pemerintah berharap teknologi pertanian ini menjadi pemantik semangat baru bagi petani muda.

Adiputra, salah satu petani milenial yang sukses di Kupang, menyampaikan harapannya agar pemanfaatan teknologi pertanian harus terus didorong agar semakin banyak anak muda yang mau terjun ke sektor pertanian. Ia melihat masih banyak generasi muda yang merasa gengsi untuk menjadi petani, padahal potensi keuntungan dari pertanian sangat menjanjikan jika dikelola dengan serius.

“Harapan kami ke depan semoga teknologi pertanian bisa dimanfaatkan lagi sehingga lebih banyak petani muda yang ingin terjun ke dunia pertanian,” ujarnya.

 

(KP/HP)