Pertumbuhan Penduduk Meningkat, Bagaimana Nasib Dunia ke Depan?

Kawasan Urban 03 Jun 2025 335 kali dibaca
Gambar Artikel Kerumunan manusia

LingkariNews Pertumbuhan penduduk global terus menunjukkan tren yang meningkat, menjadi sorotan utama dalam perencanaan masa depan dunia. Di Indonesia sendiri, hal ini dibingkai sebagai peluang emas melalui konsep bonus demografi menuju visi Indonesia Emas 2045. Namun, kenyataannya masih jauh dari ideal. Bonus yang dijanjikan belum sepenuhnya menjadi keuntungan karena tantangan pemenuhan kebutuhan dasar masih tinggi.

Sejatinya, sejak 1798 ekonom Thomas Malthus telah mengingatkan potensi krisis akibat pertumbuhan penduduk yang melebihi kapasitas produksi pangan. Gagasan ini kemudian diperkuat oleh Paul R. Ehrlich pada dekade 1960-an yang memperingatkan ledakan populasi akan menyebabkan kelangkaan sumber daya dan kerusakan lingkungan.

Di sisi lain, banyak negara justru mulai mengalami penurunan jumlah penduduk. Kondisi ini menimbulkan masalah baru karena jumlah orang lanjut usia semakin besar dan angkatan kerja terus menyusut. Lantas, apa saja dampak peningkatan populasi dunia terhadap lingkungan dan masa depan dunia? Mari kita bahas satu per satu.

1. Potensi Krisis Pangan dan Energi

Lonjakan populasi dunia memperbesar tekanan terhadap ketersediaan pangan dan energi. Ketika jumlah penduduk terus bertambah, permintaan akan bahan pangan dan energi juga semakin banyak. Disisi lain, cadangan energi fosil menipis dan lahan pertanian kian tergerus alih fungsi lahan. 

Ketimpangan antara permintaan dan ketersediaan memicu krisis ganda: kenaikan harga pangan dan energi, serta akses masyarakat terhadap kebutuhan dasar pun terganggu. Negara-negara berkembang berada di garis depan menghadapi dampak pertumbuhan penduduk. Mulai dari ancaman kelaparan, kekurangan energi, hingga potensi gejolak sosial jika tidak disertai strategi keberlanjutan yang jelas.

2. Kerusakan Lingkungan

Meningkatnya pertumbuhan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan pangan dan energi. Fenomena ini pada akhirnya memicu ekspansi serta eksploitasi alam secara masif. Sepanjang tahun 2024, dunia kehilangan 6,7 juta hektare hutan tropis. Itu adalah angka tertinggi dalam dua dekade terakhir. Di Indonesia, masalah serupa menyebabkan deforestasi antara 1,6 hingga 2,8 juta hektare setiap tahun. 

Kerusakan ini berdampak nyata pada menurunnya kualitas udara, berkurangnya sumber air bersih, terganggunya produktivitas pertanian, serta meningkatnya penyakit yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan. Saat alam rusak, kehidupan manusia turut terancam karena proses pemulihan ekosistem bukanlah sesuatu yang instan melainkan membutuhkan waktu puluhan bahkan ratusan tahun untuk mengembalikan kondisi alam yang sehat.

3. Ketidakstabilan Ekonomi

Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat juga berpotensi menimbulkan ketidakstabilan ekonomi. Masalah ini akan lebih terasa di negara-negara yang tidak mampu menciptakan lapangan kerja sebanding dengan pertumbuhan angkatan kerja. Meskipun tingkat pengangguran global diperkirakan tetap stabil di angka 5% pada 2025, menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), kesenjangan dalam kesempatan kerja tetap terjadi. 

Tingginya pengangguran mengakibatkan penurunan daya beli, peningkatan kemiskinan, dan beban sosial yang lebih besar bagi negara. Jika tidak dibarengi dengan strategi penciptaan lapangan kerja yang tepat, peningkatan penduduk berpotensi menghambat laju pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

4. Infrastruktur dan Layanan Publik

Pertumbuhan penduduk yang pesat menimbulkan tekanan besar pada infrastruktur dan layanan publik di berbagai negara. Dengan semakin banyaknya warga yang membutuhkan akses ke fasilitas kesehatan, pendidikan, transportasi,

dan layanan sosial, anggaran negara pun terserap lebih besar untuk pemenuhan kebutuhan tersebut. 

Sayangnya, keterbatasan sumber daya menyebabkan kualitas dan pemerataan layanan menurun. Hal ini membuat kelompok berpenghasilan rendah seringkali sulit mendapatkan akses memadai. Ketimpangan tersebut lambat laun akan memperlebar jurang sosial, serta berisiko menciptakan generasi dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kesehatan yang rentan.

Kesimpulan

Bonus demografi akibat pertumbuhan jumlah penduduk yang terlalu pesat tak selalu memberikan dampak positif. Fenomena itu juga menghadirkan ancaman bagi masa depan lingkungan dan manusia. Untuk menghadapi tantangan ini, diperlukan langkah kolaboratif mulai dari kebijakan pengendalian penduduk, pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan, hingga edukasi lingkungan yang kuat. 

Untuk artikel lain seputar isu-isu lingkungan hidup dan keberlanjutan, kunjungi Lingkari News.

(KP/NY)