Majene Bersiap Menjadi Pusat Produksi Bawang Merah di Indonesia Timur
LingkariNews—Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, tengah bersiap mengambil peran strategis sebagai salah satu sentra baru bawang merah di Indonesia. Hal ini diungkapkan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam kunjungan kerjanya ke Kecamatan Banggae, Sabtu lalu (19/7). Inisiatif ini menjadikan Majene sebagai daerah potensial penopang pasokan bawang merah untuk kawasan Indonesia Timur, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
Mentan Amran menegaskan, pengembangan Majene akan diarahkan seperti yang pernah dilakukan di Solok, Sumatera Barat, yang kini telah mencapai lebih dari 13 ribu hektare. “Kita akan menjadikan ini (Mejane) Kabupaten Bawang,” ucapnya, sembari menyebutkan target awal pembibitan bawang di Mejane seluas 50 hingga 100 hektare mulai tahun depan.
Kualitas Unggul dan Letak Strategis
Keputusan Mentan Amran menjadikan Majene sebagai “Kabupaten bawang” di Indonesia Timur bukan tanpa alasan. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menilai kualitas bawang di daerah ini sangat unggul, baik dari segi rasa maupun karakteristik umbinya. Dalam kunjungannya ke Kecamatan Banggae, Mentan Amran menyebut bahwa bawang merah Majene memiliki kemiripan dengan produk dari Enrekang, Sulawesi Selatan, yang dikenal sebagai salah satu produsen terbaik di Tanah Air.
“Kenapa? Rasanya beda, kualitas bawangnya beda, sangat baik. Mirip Enrekang. Nah ini kita akan kembangkan, sehingga saudara-saudara kita tidak lagi jauh membeli bawang. Bisa saja nanti menyuplai Kalimantan dan sekitarnya,” ujar Amran.
Selain keunggulan mutu, Majene memiliki kelebihan lain berupa letak geografis yang strategis. Terletak di jalur lintas yang menghubungkan Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, hingga Kalimantan, Majene berpotensi kuat sebagai pusat distribusi bawang merah untuk kawasan timur Indonesia, termasuk Ibu Kota Nusantara (IKN).
Gubernur Sulawesi Barat, Suhardi Duka, yang turut mendampingi kunjungan kerja tersebut, menegaskan dukungan penuh pemerintah provinsi. Menurutnya, hortikultura telah menjadi potensi baru yang mulai menggantikan dominasi kelapa di Majene. “Dulu semuanya itu kelapa, tapi sekarang sudah bervariasi. Yang secara ekonomis ingin dikembangkan adalah bawang, peternakan kambing, dan sektor kelautan,” katanya.
Transformasi ini juga penting dari sisi sosial dan ekonomi. Saat ini, Majene mencatat tingkat kemiskinan tertinggi di Sulawesi Barat, yakni 13–14 persen. Karena itu, intervensi di sektor pertanian dinilai sangat krusial. Gubernur Suhardi menyatakan kesiapannya untuk membina kelompok tani agar naik kelas, dari kategori dasar menjadi madya atau utama, dengan peningkatan keterampilan dan fasilitas yang lebih memadai.
Sementara itu, Wakil Bupati Majene, Andi Ritamariani Basharu, mengungkapkan bahwa geliat petani lokal untuk mengembangkan hortikultura mulai terlihat dalam beberapa tahun terakhir. Namun, tantangan seperti kurangnya alat berat dan infrastruktur masih membayangi. “Dulu kalau kita tanya ke pasar, bawang dari mana? Selalu jawabannya dari daerah lain. Tapi sekarang, alhamdulillah, sudah menunjuk wilayah lokal di Kabupaten Majene,” jelasnya.
Tahapan Pengembangan Menuju Kabupaten Bawang
Rencana pengembangan bawang merah di Majene akan dimulai secara bertahap, dimulai dari pembibitan di lahan seluas 10 hingga 20 hektare. Kementan, bekerja sama dengan pemerintah daerah dan kelompok tani, akan mengintervensi sejak awal melalui penyediaan pompa irigasi dan alat mesin pertanian (alsintan) untuk mendukung efisiensi budidaya. Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa pendekatan bertahap ini akan berlangsung dalam rentang waktu 1 hingga 4 tahun, dengan perluasan lahan produksi secara progresif.
“Ini kita fokus bawang. Daerah pegununggan kami bantu pompa, irigasi pompa, kemudian alat mesin pertanian. Mulai pembibitan dulu mungkin 10-20 hektare. Tahun depan, kita lakukan cukup besar. Berikutnya, itu saya kira sudah cukup besar. Mungkin 1-2 tahun, sampai di maksimal 3-4 tahun. Ini sudah menjadi kabupaten bawang. Itu mimpi kita,” ungkapnya. Strategi ini dirancang agar Majene dapat secara optimal bertransformasi menjadi “Kabupaten Bawang”, dengan basis produksi yang kuat dan berkelanjutan.
Perkuat Swasembada Bawang Merah Nasional
Data Kementerian Pertanian mencatat bahwa Indonesia telah mencapai swasembada bawang merah konsumsi sejak 2016, dengan produksi tahun 2024 mencapai 2,08 juta ton konde basah atau setara 1,35 juta ton rogol kering panen. Angka ini melampaui kebutuhan nasional sebesar 1,2 juta ton. Artinya, Indonesia surplus bawang sekitar 150 ribu ton per tahun.
Dengan pengembangan Majene sebagai sentra baru produksi bawang merah di Indonesia Timur, diharapkan posisi surplus ini semakin kokoh. Selain memperkuat ketahanan pangan nasional, langkah ini juga mendorong pemerataan produksi antarwilayah serta mengurangi ketergantungan distribusi dari sentra di Pulau Jawa.
(KP/NY)
Sumber:
https://www.instagram.com/p/DMZmfojT2rb/