Lahan Berbatu di NTT yang Disulap Jadi Perkebunan Tebu, Diproyeksikan Jadi Motor Industrialisasi Baru

Ekonomi Pertanian 22 Agus 2025 156 kali dibaca
Gambar Artikel Menko AHY dan Rombongan panen tebu kawasan transmigrasi Melolo | Sumber foto: transmigrasi.go.id)

LingkariNews—Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), melakukan kunjungan kerja ke Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (19/8) lalu. Bersama Menteri Transmigrasi, Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara, AHY menghadiri panen perkebunan tebu di kawasan transmigrasi Melolo. 

Dalam acara tersebut, turut hadir Wakil Gubernur NTT Johni Asadoma, Bupati Sumba Timur Umbu Lili Pekuwali dan Wakil Bupati Yonathan Hani, serta Managing Director PT Muria Sumba Manis (MSM) Budi Hediana. Jajaran pemerintah daerah dan masyarakat setempat juga ikut meramaikan acara.

Kawasan transmigrasi Melolo dulunya merupakan lahan berbatu yang tidak produktif. Namun berkat kolaborasi warga transmigrasi, masyarakat lokal, dan dukungan pabrik gula terpadu MSM, kawasan tandus itu kini berubah menjadi perkebunan tebu produktif. Transformasi ini membuka harapan baru bagi ekonomi daerah, baik bagi tenaga kerja lokal maupun penyedia jasa pengiriman barang untuk distribusi hasil tebu.

Prosesi Panen Tebu di Lahan Transmigrasi

Dari total 4.600 hektare lahan di kawasan transmigrasi Melolo, sekitar 3.500 hektare kini memasuki masa panen tebu. Prosesi acara dimulai dengan rapat bersama yang menekankan pentingnya praktik agribisnis modern, efisiensi teknologi, serta komitmen menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lokal.

Usai rapat, rombongan Menko AHY mengunjungi pabrik gula PT MSM untuk menyaksikan alur industri. Disana, rombongan menyaksikan proses kedatangan bahan baku hingga pemurnian. Puncaknya, AHY dan Menteri Iftitah turun langsung ke areal perkebunan tebu dan bahkan mengoperasikan mesin panen.

Dirpoyeksikan Sebagai Motor Industrialisasi Luar Jawa

Dalam kunjungan tersebut, Iftitah menegaskan bahwa kawasan transmigrasi Melolo akan dijadikan pilot project transmigrasi berbasis industrialisasi dan investasi. Menurutnya, kawasan ini memiliki potensi besar untuk menjadi motor industrialisasi di luar Jawa. 

“Kawasan ini bukan hanya menjadi pusat produksi tebu dan gula, tetapi juga motor penggerak ekonomi daerah yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja, baik dari warga transmigran maupun masyarakat lokal,” ujarnya.

Lebih lanjut, Iftitah menyampaikan bahwa tahun ini pemerintah akan mengirim dua tim dari perguruan tinggi ternama untuk meneliti potensi ekonomi di perkebunan tebu Melolo. Ia berharap kawasan ini dapat berkembang sebagai pusat pendidikan terapan yang melahirkan ahli di bidang industri gula. 

“Kami berencana membangun kampus patriot dengan empat jurusan utama, yaitu teknologi pertanian, teknik kimia, teknik mesin, dan teknik elektro. Mahasiswa belajar di kelas sekaligus berinteraksi langsung dengan masyarakat untuk mencari solusi lokal. Harapannya, kawasan ini bisa melahirkan maestro industri gula dan menjadi rujukan bagi wilayah lain di Indonesia,” tuturnya.

Saat ini, upaya integrasi antara industri dengan transmigrasi terus diperkuat. Menurut Menko AHY, kawasan transmigrasi Melolo dapat menjadi contoh nyata pembangunan wilayah. AHY menegaskan bahwa model kawasan transmigrasi berbasis industrialisasi seperti Melolo dapat direplikasi di daerah lain. Dengan demikian, percepatan pembangunan wilayah dan pertumbuhan ekonomi nasional bisa lebih terarah.

Untuk mendukung target tersebut, AHY memastikan pemerintah akan menyiapkan infrastruktur dasar. Jalan, status lahan, hingga fasilitas pendukung diprioritaskan agar industri dapat berkembang. “Paling tidak lahan statusnya jelas. Jalannya harus dipersiapkan, lebih memadai, agar bisa lebih cepat,” tegasnya. Dengan sinergi ini, perkebunan tebu di Melolo berpotensi menjadi episentrum industrialisasi baru di luar Jawa.

Perlunya Sinergi Pemerintah dan Swasta

Dalam kunjungannya tersebut, Menko AHY juga menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta dalam menggerakkan pembangunan. Ia mengapresiasi kehadiran PT MSM sebagai elemen penting dalam pengembangan Kawasan Transmigrasi Melolo yang kini dikenal sebagai perkebunan tebu produktif. Program ini dinilai selaras dengan visi pemerintah dalam menjadikan kawasan transmigrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru.

Lebih lanjut, AHY menekankan bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam mendorong transformasi ekonomi di daerah. Peran perusahaan seperti MSM sangat krusial karena memiliki modal, teknologi, inovasi, sekaligus menjadi off-taker dari hasil perkebunan tebu yang dihasilkan masyarakat. 

“Bicara pertumbuhan ekonomi, pemerintah tidak mungkin sendirian. Berbicara membuka lapangan pekerjaan, pemerintah tidak bisa sendirian. Pemerintah pusat maupun daerah punya kepentingan untuk merangkul semua stakeholders, semua elemen, terutama dunia usaha,” terangnya.

(KP/NY)