Konsumsi Gula Dunia Diproyeksikan Naik 1,2% per Tahun, Capai 202 Juta Ton pada 2034

Gula 25 Jul 2025 152 kali dibaca
Gambar Artikel Gula dalam minuman | Sumber foto: Canva

LingkariNews—Konsumsi gula dunia diperkirakan akan terus meningkat selama dekade mendatang, seiring pertumbuhan populasi, pendapatan, serta perubahan pola makan masyarakat di berbagai kawasan. Laporan terbaru OECD-FAO Agricultural Outlook 2025–2034 menyebutkan bahwa konsumsi gula global akan tumbuh rata-rata 1,2% per tahun dan mencapai 202 juta ton pada tahun 2034.

Di tengah peningkatan permintaan tersebut, sejumlah negara juga mulai mengembangkan kebijakan untuk mendorong konsumsi yang lebih terkontrol, termasuk melalui edukasi publik, reformulasi produk, hingga regulasi pajak. Perjalanan konsumsi gula global ke depan diperkirakan akan melibatkan dinamika yang kompleks antara kebutuhan energi, perubahan gaya hidup, dan arah kebijakan pangan di tingkat nasional maupun regional.

Asia dan Afrika Menjadi Pendorong Utama Permintaan Gula Dunia

Laporan OECD-FAO menunjukkan bahwa dua kawasan, Asia dan Afrika, akan menjadi kontributor utama terhadap pertumbuhan konsumsi gula global dalam dekade mendatang, masing-masing menyumbang 64% dan 29% dari total pertumbuhan. Urbanisasi yang cepat dan peningkatan daya beli masyarakat mendorong lonjakan konsumsi produk pangan olahan, termasuk yang mengandung gula.

Di Asia, India menjadi negara dengan peningkatan konsumsi terbesar, diikuti oleh Indonesia, Pakistan, dan Tiongkok. Sementara di Afrika, negara-negara Sub-Sahara dan kawasan Afrika Utara mencatat peningkatan konsumsi seiring dengan proyeksi pertumbuhan pendapatan dan konsumsi produk olahan. Namun, meski konsumsi meningkat secara absolut, tingkat konsumsi per kapita di kedua kawasan masih lebih rendah dari rata-rata dunia. Pada 2034, konsumsi per kapita di Afrika diperkirakan mencapai 15,6 kg dan di Asia 21,2 kg, di bawah rata-rata global sebesar 23,1 kg per orang.

Respons Kebijakan: Antara Pajak, Pelabelan, dan Reformulasi Produk

Meningkatnya perhatian terhadap pola konsumsi gula mendorong sejumlah negara untuk merespons melalui kebijakan publik. Dalam lima belas tahun terakhir, negara-negara seperti Meksiko, Brasil, Chili, dan Peru mulai menerapkan pajak atas minuman berpemanis untuk mengurangi konsumsi. Selain itu, beberapa negara juga telah memberlakukan sistem pelabelan gizi di bagian depan kemasan guna membantu konsumen membuat pilihan yang lebih terinformasi.

Tiongkok menunjukkan dinamika yang beragam: di kota-kota kecil dan berkembang, permintaan gula terus meningkat; sementara di kota-kota besar dan maju, kampanye kesadaran dan kebijakan pemerintah telah memperlambat laju pertumbuhan. Di Afrika Selatan, konsumsi per kapita mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir, tren yang diperkirakan akan bertahan berkat upaya pemerintah dan reformulasi produk oleh industri makanan.

Gula dalam Sistem Pangan: Peran, Panduan, dan Arah ke Depan

Sebagai karbohidrat bebas serat, gula merupakan bahan penting dalam berbagai produk makanan dan minuman serta menjadi salah satu sumber energi utama dalam pola makan manusia. Meski demikian, perhatian terhadap konsumsi berlebih terus meningkat. WHO merekomendasikan agar asupan gula bebas (termasuk gula tambahan, madu, sirup, dan jus buah) tidak melebihi 10% dari total energi harian.

Negara-negara Eropa telah mengambil berbagai langkah untuk mengarahkan konsumsi gula ke arah yang lebih seimbang. Strategi yang digunakan antara lain reformulasi produk, promosi pola makan seimbang, dan kampanye kesadaran publik. Langkah-langkah ini mencerminkan pendekatan yang lebih kolaboratif antara pemerintah, industri, dan konsumen.

Ke depan, arah konsumsi gula dunia akan ditentukan tidak hanya oleh permintaan pasar, tetapi juga oleh bagaimana negara-negara menavigasi keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kebutuhan gizi, dan keberlanjutan sistem pangan. Dalam konteks ini, pemahaman yang lebih luas tentang peran gula dalam pola makan menjadi penting, bukan hanya sebagai isu kesehatan, tetapi juga bagian dari dinamika global pangan dan konsumsi.

(HP)

Sumber:

OECD-FAO Agricultural Outlook 2025-2034 report