Komoditas Perkebunan RI Siap Menguasai Pasar Dunia, 64 Balai Riset Jadi Kunci Inovasi

Ekonomi Pertanian 15 Mei 2025 211 kali dibaca
Gambar Artikel Buah kopi sebagai salah satu komoditas utama perkebunan Indonesia (Foto: Waldir Bolivar, Canva)

LingkariNews - Komoditas perkebunan Indonesia kembali menunjukkan potensinya untuk menembus pasar global melalui pendekatan berbasis riset dan inovasi. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian tengah menyiapkan strategi konkret guna meningkatkan daya saing. Strategi tersebut difokuskan pada penguatan riset, inovasi, dan modernisasi sektor pertanian.

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, dalam kunjungannya ke Balai Perakitan dan Pengujian Tanaman Industri dan Penyegar (BRMP TRI) di Sukabumi, menegaskan bahwa riset dan hilirisasi komoditas perkebunan merupakan pondasi utama untuk menghasilkan benih unggul, meningkatkan kualitas hasil panen, dan memperluas akses ekspor.

64 Balai Riset Komoditas Perkebunan

Saat ini, terdapat 64 balai riset yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia yang menjadi tumpuan pengembangan nasional. “Ada 64 balai di Kementerian Pertanian yang mengelola perbenihan, pembibitan, hingga pascapanen,” ujar Sudaryono, yang akrab dipanggil Mas Dar.

Dalam kunjungannya ke BRMP TRI, Sudaryono menegaskan bahwa riset pertanian di Indonesia telah menunjukkan capaian penting. Salah satunya melalui konversi minyak sawit menjadi biodiesel murni (B100). Inovasi ini telah melewati tahap uji coba dan digunakan pada kendaraan, serta menjadi kelanjutan dari pengembangan B35 menuju B40, B50 hingga B100. “Termasuk di sini juga dilakukan uji dari B35 yang sekarang kita sudah ada uji coba untuk B40, B50 sampai dengan B100,” ujarnya.

Meski demikian, Mas Dar mengakui bahwa pemerintah masih menghadapi tantangan pada aksesibilitas hasil riset komoditas perkebunan tersebut, khususnya agar dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat dan generasi muda. Ia menyoroti masih adanya kesenjangan antara hasil riset dengan kebutuhan praktis di lapangan.

Dalam pandangannya, banyak anak muda yang mencari inspirasi dari media sosial tanpa landasan ilmiah yang kuat. “Pekerjaan rumah kita adalah mengatasi gap antara hasil riset dengan penerapan di lapangan. Banyak anak muda belajar dari media sosial tanpa data ilmiah,” ujarnya.

Menanggapi hal itu, Mas Dar menekankan perlunya membangun jembatan antara lembaga riset dan pelaku usaha. Tujuannya untuk menciptakan model bisnis berbasis riset yang bisa ditiru oleh anak-anak muda dalam sektor budidaya maupun pengolahan, sehingga inovasi tak berhenti di laboratorium, tetapi benar-benar berdampak di lapangan. Tanpa upaya serius memperkuat ekosistem riset ini, potensi komoditas unggulan seperti kopi, kakao, dan kelapa sawit sulit untuk benar-benar menguasai pasar dunia.

Strategi Pemerintah Tingkatkan Daya Saing Komoditas Perkebunan

Untuk menjembatani gap antara hasil riset dan implementasi di lapangan, pemerintah mendorong kolaborasi erat dengan perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menekankan pentingnya penerapan teknologi terbaik dalam sektor pertanian untuk memperkuat daya saing nasional.

Langkah konkret lain yang dilakukan pemerintah untuk adalah penguatan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan. Dalam hal ini, pengembangan biofuel berbasis tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan tebu menjadi salah satu fokus utama.

Pemerintah juga memberikan perhatian serius terhadap pengembangan skema investasi yang mendukung peremajaan tanaman perkebunan. Program ini bertujuan untuk memperbarui kebun-kebun kopi, sawit, dan kelapa yang sudah tua guna meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil.

“Saat ini, kami sedang menghitung besaran investasi yang dibutuhkan, karena tidak hanya modal riset yang diperlukan, tetapi juga dana untuk mendukung implementasi secara menyeluruh,” ujar Wamentan Sudaryono. Dengan infrastruktur yang sudah siap serta hasil riset yang memadai, langkah selanjutnya adalah memastikan komitmen semua pihak untuk menjalankan strategi ini.

Harapan Presiden

Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto telah memberikan amanah kepada Kementerian Pertanian untuk menjadikan sepuluh komoditas perkebunan Indonesia sebagai yang terbaik di dunia. Komoditas utama tersebut meliputi pala, kelapa, sawit, karet, kopi, kakao, lada, dan bawang putih.

"Presiden sudah kasih instruksi kepada kami untuk menyiapkan 10 komoditi untuk kembali menjadi produsen nomor satu di dunia. Artinya yang masih impor tidak lagi impor, yang tidak impor kita bisa ekspor, itu yang kita inginkan," kata Wamentan.

 

(KP/HP)

 

Sumber:

https://pertanian.go.id/?show=news&act=view&id=6823

https://ambon.antaranews.com/berita/267373/wamentan-presiden-prabowo-ingin-10-komoditas-ri-jadi-nomor-satu-dunia

https://elshinta.com/news/371951/2025/05/09/komoditas-perkebunan-harus-kembali-nomor-satu-di-dunia