Indonesia Swasembada Beras 2025: Berkah Bagi Indonesia, Guncangan Bagi Dunia

Ekonomi Pertanian 11 Sep 2025 256 kali dibaca
Gambar Artikel

LingkariNews—Tahun 2025, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras sekaligus mencatat produksi beras tertinggi sepanjang sejarah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan produksi beras nasional tahun ini mencapai 33,8 juta ton. Sementara itu, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memproyeksikan produksi beras Indonesia di kisaran 35,5 hingga 35,6 juta ton. Capaian ini menjadi lonjakan yang signifikan jika dibandingkan dengan produksi beras tahun 2024 yang hanya 30,34 juta ton.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyebut panen yang berlimpah selama tahun 2025 ini memastikan kebutuhan beras domestik tercukupi hingga akhir tahun. Ketersediaan beras domestik tercatat surplus 3,5–4 juta ton. Hal ini turut mendorong cadangan beras pemerintah (CBP) naik drastis dari hanya 1 juta ton menjadi 4,2 juta ton. Dengan stok berlimpah, mentan Amran memastikan Indonesia tidak akan impor beras setidaknya hingga akhir 2025.

Berkah Bagi Indonesia, Masalah Bagi Negara Lain

Di balik euforia capaian nasional, swasembada beras Indonesia menjadi guncangan besar bagi pasar pangan global. Selama ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu importir beras terbesar di dunia.

Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat yang menjadikan nasi sebagai sumber pangan pokok utama, Indonesia menjadi pasar strategis yang diincar berbagai negara eksportir beras. Bahkan, Indonesia tercatat pernah mengimpor jutaan ton beras setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan domestik. Namun, dengan swasembada beras yang berhasil diraih Indonesia, dinamika perdagangan internasional beras berubah signifikan. Negara-negara eksportir beras kehilangan salah satu pembeli utama mereka. 

Thailand merupakan salah satu negara eksportir beras yang merasakan pukulan akibat swasembada beras Indonesia. Dengan ditutupnya keran impor Indonesia, ekspor beras Thailand tercatat anjlok hingga 30 persen pada kuartal I 2025. Hal ini membuat stok beras dalam negeri Thailand melonjak, dan membuat harga beras domestik jatuh ke titik terendah dalam tiga tahun terakhir. Harga gabah juga ikut hancur, yang memicu gelombang protes dari petani lokal Thailand.

Situasi lebih parah terjadi di Vietnam, yang selama ini juga menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspor utama mereka. Tercatat, angka ekspor beras Vietnam merosot 97 persen pada paruh pertama 2025. Vietnam yang biasanya mengekspor ratusan ribu ton beras, kini hanya mampu mengirim 19 ribu ton saja. 

Kamboja pun tak luput dari imbas swasembada beras Indonesia. Produksi beras nasional mereka yang sejaitnya melonjak hingga 7,8 juta ton pada 2025 justru menimbulkan masalah baru. Surplus beras mereka berisiko menumpuk di gudang akibat tidak bisa ekspor ke Indonesia. Kini, Kamboja harus mencari alternatif tujuan ekspor dan bersaing ketat dengan negara-negara eksportir lain yang sama-sama kehilangan akses.

Harga Beras Dunia Berpotensi Anjlok

Keputusan Pemerintah Indonesia yang menghentikan impor beras turut membuat harga global tertekan. Laporan USDA memperkirakan jika kondisi ini berlanjut, harga beras dunia berpotensi anjlok 10–15 persen di bawah rata-rata harga tiga tahun terakhir. Keputusan pemerintah Vietnam yang melepas stok beras murah ke pasar lain demi melindungi petani justru ikut memperparah penurunan harga, hingga ekspor beras berada di titik terendah dalam tiga tahun terakhir.

Kondisi ini menciptakan paradoks. Ketika Indonesia merasakan manfaat dari swasembada beras, negara-negara lain justru menghadapi tantangan serius. Surplus beras di gudang berisiko menekan harga domestik mereka, memicu keresahan di kalangan petani, serta menimbulkan ketegangan sosial dan ekonomi.

Situasi pasar yang tidak seimbang ini juga menandai babak baru dalam perdagangan beras internasional. Negara-negara eksportir kini dipaksa mencari pasar alternatif, sementara stabilitas harga global masih bergantung pada seberapa cepat mereka mampu beradaptasi terhadap perubahan peta konsumsi yang dipicu oleh langkah Indonesia.

(KP/NY)

Sumber:

https://databoks.katadata.co.id/demografi/statistik/004e226d2094322/daftar-negara-dengan-penduduk-terbanyak-di-dunia-juni-2025

https://news.detik.com/kolom/d-8103979/swasembada-beras-berkah-nasional-dilema-global