Gapgindo dan Ditjenbun Bahas Berbagai Isu Penting Industri Gula Nasional

Gula 23 Jun 2025 301 kali dibaca
Gambar Artikel Gapgindo dan Ditjenbun gelar pertemuan membahas strategi industri gula nasional menuju swasembada 2028. Sumber: Gapgindo

LingkariNews, Jakarta — Gabungan Produsen Gula Indonesia (GAPGINDO) menggelar rangkaian acara penting pada Jumat (20/6) di Senayan City, Jakarta. Agenda utama dimulai dengan diskusi bersama Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (Ditjenbun) yang membahas berbagai isu penting dalam industri gula nasional. Fokus diskusi juga mencakup upaya percepatan tumbuh kembang investasi agribisnis tebu guna mendukung target swasembada gula 2028. Acara kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional (Munas) ke-II dalam rangka pemilihan Ketua Umum GAPGINDO periode 2025–2028.

Diskusi terbuka yang dipimpin langsung oleh Direktur Tanaman Semusim dan Tahunan Ditjenbun, Ir. Baginda Siagian, M.Si., menyoroti berbagai tantangan yang tengah dihadapi industri gula nasional. Salah satunya, terkait proyeksi produksi gula nasional 2025 yang menjadi tantangan tersendiri untuk mencapai target 2,9 juta ton, meskipun luas lahan tebu diperkirakan meningkat menjadi 538,2 ribu hektare dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 520,8 ribu hektare. Hujan yang masih mengguyur sejak awal panen menyebabkan distribusi tebu ke pabrik terhambat, rendemen rendah, serta kualitas gula yang dihasilkan juga ikut terdampak.

Persoalan tidak berhenti di hulu. Di tingkat pabrik, stok gula dilaporkan masih tinggi dan serapan oleh distributor berjalan lambat. Beberapa distributor bahkan menawar harga di bawah Harga Patokan Pemerintah (HPP) Rp 14.500/kg, sementara harga tebu di tingkat petani mencapai Rp 750–800/kg, atau berada di atas Biaya Pokok Produksi (BPP) sebesar Rp 7.100/kg. Ketimpangan ini menimbulkan kekhawatiran munculnya anomali harga gula, yang berpotensi dapat mengganggu stabilitas industri gula nasional jika tidak segera ditangani.

Selain isu produksi, diskusi juga menyoroti berbagai kendala utama yang menghambat pengembangan investasi agribisnis tebu. Beberapa di antaranya meliputi ketidakkonsistenan regulasi, terbatasnya akses terhadap lahan dan pupuk, serta belum optimalnya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada petani tebu. Beberapa kebijakan seperti Permenperin No. 47/2024, Permen LHK No. P.81/2017, dan Perpres No. 40/2023 disebut masih menyulitkan pelaku industri untuk mengembangkan usahanya secara berkelanjutan, terutama dari kalangan swasta.

Menanggapi berbagai tantangan tersebut, Ir. Baginda Siagian menyampaikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan sejumlah langkah strategis. Di antaranya adalah penyediaan 200 ribu hektare lahan baru, serta distribusi bantuan pertanian seperti benih, pupuk, dan alat mesin pertanian (alsintan). Selain itu, pemerintah juga menyiapkan pembangunan pabrik gula baru serta menjalin kerja sama dengan investor luar negeri yang menawarkan teknologi canggih.

Ia juga memastikan bahwa KUR khusus tebu sedang difinalisasi bersama Kemenko Pangan, dan alat panen mekanis khusus tebu tengah diuji coba. Sementara untuk bioetanol, pemerintah masih akan memprioritaskan pemenuhan kebutuhan gula konsumsi sebelum mengembangkan bioetanol secara luas sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN).

Syukur Iwantoro Kembali Pimpin GAPGINDO

Usai sesi diskusi, acara dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional ke-II GAPGINDO yang menetapkan kembali Syukur Iwantoro sebagai Ketua Umum untuk periode 2025–2028. Dalam sambutannya, Syukur menegaskan komitmennya untuk melanjutkan dan menyempurnakan program-program yang telah berjalan di periode sebelumnya. 

“Terima kasih atas kepercayaannya untuk Kembali menjadi ketua umum GAPGINDO 2025–2028. Saya akan melanjutkan program GAPGINDO yang sudah berjalan, program yang sudah ada akan dievaluasi, dan jika baik akan dilanjutkan dan dikembangkan. Sementara yang kurang baik akan disempurnakan,” ujar Syukur.

Ia juga mengumumkan program baru berupa studi banding ke produsen gula dunia seperti Mitr Phol di Thailand untuk belajar strategi peningkatan daya saing di tengah iklim tropis yang serupa. “Dengan lingkungan dan iklim yang tidak jauh berbeda, (kami ingin mengetahui) bagaimana strategi Mitr Phol menjadi perusahaan gula dunia top 5 (di dunia),” ujar Syukur.

GAPGINDO menegaskan komitmennya sebagai mitra strategis pemerintah dalam membangun industri gula nasional yang kuat, efisien, dan berkelanjutan. Diharapkan, sinergi antara pelaku industri dan pemerintah dapat mengakselerasi target swasembada gula konsumsi pada 2027 dan berlanjut ke penguatan industri berbasis tebu di tahun-tahun berikutnya.

(KP/NY)