Fakta atau Mitos: Benarkah Pemanis Buatan Bisa Membantu Diet?

Gula 18 Apr 2025 480 kali dibaca
Gambar Artikel

LingkariNews - Saat ini, tren penggunaan pemanis buatan sebagai bagian dari program diet semakin populer. Produk seperti sukralosa, aspartam, dan stevia dinilai bisa menjadi alternatif pengganti gula karena memberikan rasa manis yang serupa, namun dengan kandungan kalori yang sangat rendah, atau bahkan nol. Salah satu yang paling banyak digunakan adalah sukralosa, yang diklaim memiliki tingkat kemanisan hingga 600 kali lebih tinggi dibandingkan gula biasa namun nol kalori. Bahkan, sukralosa telah digunakan dalam lebih dari 6.000 produk makanan dan minuman di seluruh dunia. 

Namun, di balik kepopulerannya, muncul pertanyaan penting: apakah pemanis buatan seperti sukralosa benar-benar efektif untuk diet dan aman dikonsumsi dalam jangka panjang?

Penelitian dan Temuan Ilmuan

Penelitian terbaru dari Keck School of Medicine USC mengungkap fakta menarik tentang dampak konsumsi pemanis buatan, dalam hal ini sukralosa. Dalam studi yang dipublikasikan di Nature Metabolism, para peneliti menemukan bahwa sukralosa mengaktifkan hipotalamus secara lebih intens dibandingkan gula biasa. Hipotalamus adalah bagian otak yang mengatur nafsu makan.

Dalam uji coba acak terhadap 75 peserta, tim peneliti mengukur aktivitas otak menggunakan fMRI, mengumpulkan sampel darah mereka, serta melakukan penilaian rasa lapar sebelum dan sesudah mengkonsumsi minuman dengan pemanis buatan dan gula. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak seperti gula yang memicu pelepasan hormon kenyang seperti insulin dan GLP-1, sukralosa tidak menghasilkan respon hormonal serupa. 

"Tubuh menggunakan hormon-hormon ini (insulin dan GLP-1) untuk memberi tahu otak bahwa Anda telah mengonsumsi kalori, sehingga otak mengirimkan sinyal untuk mengurangi rasa lapar," kata Dr. Page yang memipin penelitian ini. 

"Sukralosa tidak memberikan efek tersebut, dan perbedaan respons hormon terhadap sukralosa dibandingkan dengan gula bahkan lebih mencolok pada peserta yang mengalami obesitas." Lanjutnya.

Temuan tersebut memperkuat dugaan bahwa ketidaksesuaian antara rasa manis dan kandungan kalori dalam sukralosa dapat “menipu” otak, menciptakan keinginan untuk makan lebih banyak. Lebih lanjut, peneliti menegaskan perlunya kajian jangka panjang terhadap dampak pemanis bebas kalori, terutama di kalangan anak-anak dan remaja yang menjadi konsumen utama produk-produk berpemanis buatan.

Rekomendasi WHO Terhadap Konsumsi Pemanis Buatan

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2023 menyarankan agar masyarakat tidak menggunakan pemanis buatan non-gula (non-sugar sweeteners/NSS) untuk tujuan penurunan berat badan. Rekomendasi ini didasarkan pada hasil studi yang tidak menemukan hubungan signifikan antara konsumsi NSS dengan penurunan lemak tubuh dalam jangka panjang, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. 

Menurut Direktur Nutrisi dan Keamanan Pangan WHO, Francesco Branca, pemanis buatan bukan komponen esensial dalam pola makan sehat dan tidak memiliki nilai gizi. 

"Mengganti gula bebas dengan NSS tidak membantu pengendalian berat badan dalam jangka panjang. Masyarakat perlu mempertimbangkan cara lain untuk mengurangi asupan gula bebas. Misalnya konsumsi makanan dengan gula alami seperti buah, atau makanan dan minuman tanpa pemanis," ungkapnya.

 

(HA/SAP)

 

Sources:
https://www.foodnavigator.com/Article/2025/03/31/does-sweetener-sucralose-increase-appetite/?utm_source=copyright&utm_medium=OnSite&utm_campaign=copyright
https://www.alodokter.com/jenis-pemanis-buatan-ada-beragam-sebagian-berbahaya