Bertani di rumah
LingkariNews - Di tengah pesatnya urbanisasi dan terbatasnya lahan di perkotaan, pertanian modern muncul sebagai solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan pangan. Dengan semakin sulitnya memperoleh lahan pertanian yang luas, muncul ide baru yang mengubah cara pandang masyarakat: bertani di dalam rumah. Konsep ini memungkinkan individu untuk menanam berbagai tanaman pangan, seperti sayur dan rempah, meskipun tanpa halaman luas.
Inovasi bertani di rumah semakin relevan di tengah keterbatasan lahan perkotaan yang semakin padat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), luas lahan baku sawah nasional turun dari 8,07 juta hektare pada 2009 menjadi 7,46 juta hektare pada 2019.
Dengan memanfaatkan teknologi pertanian modern seperti hidroponik dan aquaponik, individu kini dapat menanam berbagai jenis sayuran, buah-buahan, hingga tanaman herbal tanpa bergantung pada tanah. Teknologi ini memungkinkan para urban farming enthusiast untuk menikmati hasil pertanian segar dan bebas pestisida, meski terhimpit oleh terbatasnya ruang.
Lebih dari sekadar memenuhi kebutuhan konsumsi pribadi, bertani di rumah juga berkontribusi pada ketahanan pangan keluarga. Dengan menanam langsung di pekarangan atau balkon rumah, kita tidak hanya dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan pangan dari luar, tetapi juga berperan dalam mengurangi jejak karbon yang biasanya tercipta dari transportasi pangan jarak jauh. Ini adalah langkah kecil yang memberi dampak besar pada kelestarian lingkungan.
Keberlanjutan menjadi nilai utama dalam praktik pertanian modern ini. Penggunaan bahan bekas dan limbah organik, seperti pupuk dari ternak atau eco enzyme, dapat memperkaya ekosistem rumah tangga yang lebih ramah lingkungan.
Untuk bertani di rumah, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan. Berikut adalah beberapa tips praktis yang bisa diterapkan untuk memulai pertanian di rumah:
Tanaman membutuhkan cahaya matahari minimal 4–6 jam per hari untuk fotosintesis optimal. Pilih area yang terbuka seperti halaman, balkon, atau atap rumah. Jika ruang terbatas, gunakan metode vertikultur atau rak tanaman sebagai solusi efisien.
Tidak semua tanaman cocok dengan tanah pekarangan. Gunakan campuran tanah, kompos, dan sekam bakar secara seimbang. Media tanam pertanian modern harus gembur, berpori tinggi, dan mampu menyimpan air dengan baik. Tambahkan pupuk organik agar unsur hara tetap terjaga.
Sesuaikan tanaman dengan iklim dan ruang yang tersedia. Sayuran daun seperti kangkung, bayam, dan selada mudah tumbuh di lahan terbatas. Tanaman buah seperti cabai, tomat, atau terong bisa ditanam dalam pot atau polybag. Mulailah dengan tanaman cepat panen agar tetap semangat.
Tanaman membutuhkan air secara rutin, tetapi kelebihan air bisa menyebabkan akar membusuk. Lakukan penyiraman secara teratur, idealnya pagi atau sore hari saat suhu tidak terlalu tinggi.
Sisa sayuran, kulit buah, dan ampas kopi bisa diolah menjadi kompos organik. Ini merupakan salah satu praktik pertanian modern yang ramah lingkungan.
Anda bisa membuat komposter sederhana dari ember bekas atau wadah tertutup lainnya. Dalam jangka panjang, ini akan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Lakukan pemeriksaan rutin pada tanaman untuk mendeteksi gejala serangan sejak dini. Jika ditemukan hama, gunakan pestisida nabati seperti larutan bawang putih atau daun mimba sebagai alternatif ramah lingkungan.
Bertani di rumah membuktikan bahwa keterbatasan lahan bukan hambatan untuk berkontribusi pada ketahanan pangan dan lingkungan. Dengan inovasi pertanian modern, setiap rumah bisa menjadi ruang hijau produktif.
Temukan inspirasi dan informasi tentang lingkungan dan berkelanjutan lainnya di LingkariNews.id.
(KP/AI)
Sumber:
https://lindungihutan.com/blog/tutorial-singkat-berkebun-di-rumah/
https://www.cnbcindonesia.com/research/20230516072308-128-437631/petani-berkurang-lahan-menyempit-20-tahun-lagi-makan-apa/2